Mari Mengenal Paham Mu'tazilah

 Mu'tazillah


Kaum mu'tazilah merupakan sekelompok manusia yang pernah menggemparkan dunia islam selama lebih dari 300 tahun akibat fatwa-fatwa mereka yang menghebohkan, selama waktu itu pula kelompok ini telah menumpahkan ribuan darah kaum Muslimin terutama para ulama ahlussunnah yang bersikukuh dengan pedoman mereka. 


Tentang awal munculnya sekte ini banyak diperselisihkan oleh para ulama namun sebutan mu'tazilah itu lebih banyak ditujukan kepada dua tokoh kontroversial yang bernama Washil bin A'tha dan Amr bin Ubaid. Keduanya adalah murid dari seorang Sayyidut Tabi'in di wilayah Basrah yang bernama Hasan Al Basri.

Kemunculan muktazilah ini bermula dari sebuah lontaran ketidak setujuan dari Washil bin A'tha atas pendapat Hasan Al Basri yang menyatakan bahwa seorang Muslim yang melakukan kefasikan (dosa besar), maka di akhirat nanti akan disiksa lebih dahulu sesuai dengan dosanya, kemudian akan dimasukkan Jannah sebagai rahmat Allah atasnya. Washil bin A'tha menyangkal pendapat tersebut, sebaliknya dia mengatakan bahwa kedudukan orang Mukmin yang fasik tersebut tidak lagi mukmin dan juga tidak kafir.Sehingga kedudukannya tidak di surga dan tidak pula neraka, namun dia berada dalam satu posisi antara iman dan kufur, antara surga dan neraka (al manzilah baina manzilatain). 

Ketika Hasan Al Bashri mendengar kebid'ahan mereka, maka dia mengusirnya dari majelis. Lalu Washil bi A'tha beri'tizal (memisahkan diri) kesalahan satu sudut masjid Basrah yang kemudian diikuti oleh para sahabatnya yang bernama Amir bin ubaid.Maka pada saat itu orang orang menyebut mereka telah beri'tizal (memisahkan diri/keluar) dari pendapat jumat sejak itulah pengikut mereka berdua disebut Mu'tazillah.

Peristiwa yang paling menggemparkan adalah sejarah perjalanan sekte mu'tazilah ini adalah peristiwa "Alquran ialah makhluk".Sebuah peristiwa yang telah menelan ribuan korban dari kaum muslimin, yaitu mereka yang tidak setuju pada pendapat bahwa Alquran adalah makhluk. Mereka tetap bersikukuh pada pendapat mereka bahwa Alquran adalah kalamullah sebagaimana yang dipahami oleh para salaf.Termasuk ulama mendapatkan ujian berat dari peristiwa Alquran makhluk ini adalah Imam Syafi'i dan Imam Ahmad.

Gerakan kaum Mu'tazilah 

Gerakan kaum Mu'tazilah pada mulanya memiliki dua cabang:

  1. Di Basrah (iraq) yang dipimpin oleh Washil bin Atha' dan Amr bin Ubaid dengan murid-muridnya, yaitu Utsman bin Ath Thawil, Hafasah bin Salim dll. Ini berlangsung pada permulaan abad 2 H.Kemudian pada awal abad 3 H di mana Basrah dipimpin oleh Abu Huzeil Al allah kemudian Ibrahim Mishary Al kemudian tokoh Mu'tazilah lainnya. 
  2. Di Baghdad (Iraq) yang dipimpin dan didirikan oleh Basyar Al Mu'tamar adalah seorang pemimpin Basrah dan pindah ke kemudian mendapat dukungan dari kawan-kawannya yaitu Abu Musa Al Mukhtar, Ahmad bin Abi Daud dll. 

Di Basrah dan di Baghdad adapun khalifah-khalifah Islam yang terang-terangan menganut aliran ini dan mendukungnya diantaranya:

  1.  Yazid bin Wali (Khalifah Bani Umayyah yang berkuasa pada tahun 125-126) 
  2. Al Watsiq bin Al Mu'tashim(Khalifah Bani Abbasiyah, 227-232) 
  3. Ma'mum bin Harun Ar Rasyid (Khalifah Bani Abbasiyah, 198-218)
  4. Al Mu'tashim bin Harun Ar Rasyid (Khalifah Bani Abbasiyah, 218-227) 

Baca Juga :


Paham Mu'tazilah 

Abu Hasan Al Khayyath berkata dalam kitabnya Al Intisar : "Tidak seorang pun berhak mengaku sebagai penganut Mu'tazilah sebelum ia mengaku Al Ushul Al khamsah (lima dasar) yaitu : at tauhid,Al adl, al wa'du wal wa'iid, al manzilah baina manzilatain dan al amru bin Ma'ruf wan nahyi an munkar. Jika ia telah menganut semuanya, maka ia telah menganut paham Mu'tazilah.

Secara singkat pengertian masing-masing dasar tersebut adalah sebagai berikut :

  1. TAUHID, memiliki arti "Penetapan bahwa Alquran itu adalah makhluk". Sebab jika Alquran bukan makhluk berarti terjadi sejumlah dzat yang qadiim (menurut mereka Allah adalah qadiim dan jika Al quran adalah qadiim, berarti Syirik atau tidak bertauhid).
  2. AL 'ADL, memiliki arti "Pengingkaran terhadap taqdir", sebab seperti kata mereka bahwa allah tidak menciptakan keburukan dan tidak mentaqdirkannya, apabila Allah menciptakan keburukan, kemudian Dia menyiksa manusia karena keburukan yang diciptakan nya, berarti dia berbuat dzalim. Sedang Allah adalah adil dan tidak berbuat dzalim. 
  3. AL WA'DU WAL WA'IID (terlaksananya ancaman), maksudnya adalah apabila Allah mengancam sebagian hambahNya dengan siksaan, maka tidak boleh bagi Allah untuk tidak menyiksa-Nya dan menyelisihi ancaman-Nya, sebab Allah tidak mengingkari janji. Artinya menurut mereka allah tidak memafkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan tidak mengampuni dosa-dosa (selain sirik) bagi yang dikehendaki-Nya. Hal ini jelas bertentangan dengan prinsip Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
  4. AL MANZILAH BAINA MANZILATAIN, artinya orang yang berbuat dosa besar berarti keluar dari iman tetapi tidak masuk ke dalam kekufuran. Akan tetapi ia berada dalam satu posisi antara dua keadaan (tidak mukmin dan tidak juga kafir). 
  5. AMAR MA'RUF NAHI MUNHKAR, yaitu bahwa mereka wajib memerintahkan golongan selain mereka untuk melakukan apa yang mereka lakukan dan melarang golongan selain mereka apa yang dilarang bagi mereka.

Beberapa I'tiqad kaum Mu'tazilah yang bertentangan dengan Ahlus Sunnah :

  1. Mereka berpendapat bahwa baik buruk sesuatu ditentukan oleh akal dan bukan oleh syariat. Dengan demikian dalam pandangan mereka akan menduduki kedudukan yang lebih tinggi daripada syariat. 
  2. Mereka mengatakan bahwa Allah tidak memiliki sifat. Apa yang tercantum dalam Al-quran dan Sunnah merupakan asma' dan sifat Allah merupakan sekedar nama yang tidak memiliki pengaruh sedikitpun dari nama tersebut. Dengan demikian mereka menafikan adanya sifat-sifat tinggi dan mulia bagi Allah.
  3. Mereka berpendapat bahwa Alquran adalah makhluk. Ahlus Sunnah berpendapat dan bersepakat bahwa Alquran adalah kalamullah dan bukan makhluk.
  4. Mereka berpendapat bahwa pelaku dosa besar dari golongan Mukmin, maka dia tidak disebut lagi sebagai seorang mukmin namun juga tidak disebut kafir. Ahlus Sunnah berpendapat bahwa seorang mukmin yang berbuat dosa besar, ia tetap disebut sebagai seorang mukmin yang berbuat kefasikan.
  5. Mereka berpendapat bahwa Allah tidak dapat dilihat Nanti pada hari kiamat (ketika di dalam surga), karena hal itu akan menimbulkan pendapat, seolah-olah Allah berada di dalam surga atau Allah dapat dilihat. Ahlus Sunnah berpendapat bahwa orang-orang yang beriman yang telah masuk surga akan dapat melihat Allah sesuai dengan Al-Quran Surat Al Qiyamah ayat 22-23.
  6. Mereka tidak meyakini bahwa Nabi Muhammad mi'raj dengan ruh dan jasanya.
  7. Mereka berpendapat bahwa manusialah yang menjadikan pekerjaannya, dan Allah sama sekali tidak ikut campur dalam perbuatan yang dilakukan oleh manusia. 
  8. Mereka tidak meyakini adanya "Arsy" dan Kursi. Mereka mengatakan bahwa jika kedua-duanya benar-benar sebesar itu sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis lalu diletakkan dimana kedua benda tersebut mereka mengatakan bahwa kedua benda tersebut hanyalah segera menggambarkan kebesaran dan keagungan Allah.
  9. Mereka juga tidak mengakui adanya malaikat "Kiraman Katibin" atau malaikat Raqib dan Atid. Mereka berpendapat bahwa ilmu Allah telah meliputi segalanya sehingga tidak perlu lagi mengambil pembantu dari kalangan malaikat. 
  10. Mereka tidak meyakini adanya mizan, hisab, alhaudh dan syafa'at pada hari kiamat kelak.Dll.
Itulah tulisan saya mengenai Mu'tazilah yanh merupakan "Fiqrah Sesat dalam Masalah Aqidah".Semoga isinya dapat bermanfaat dan kita dilindungi dari keraguan dalam beraqidah.Aaminn.... 

Sumber : "Agenda Al Mizan Panduan Para Da'i dan Aktifis Muslim"


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Islam-Pengertian dan Ruang Lingkup Ajarannya

Apa itu Khawarij? —Khawarij, Paham Sesat dalam Beraqidah

Macam-macam Masalah Beraqidah

Jabariah dan Murji'ah—Firqah sesat dalam Aqidah

Mari kenal asal mula perkembangan Paham Syi'ah

Tauhid dan Pembagiannya

Apa Sih Karakteristik Agama Islam?